Selasa, 29/01/2013
Jakarta, Nama Chatinone menjadi populer setelah kasus penggerebekan Raffi cs. Stimulan jenis baru tersebut ternyata tidak benar-benar baru,
Hanya saja namanya kalah populer dibanding amfetamin dan kokain. Walau demikian, risikonya tak kalah gawat dengan narkoba jenis lainnya.
Chatinone berasal dari tanaman Catha edulis atau Khat. Tanaman tersebut dikenal juga dengan sebutan qat, quat, atau gat dan stelah lama digunakan di timur tengah dan Afrika. Daunnya dikonsumsi dengan cara dikunyah dan terkadang dicampur dalam seduhan teh.
Tanaman ini sempat digemari seperti halnya kopi. Mengkonsumsi daun khat dapat membuat penggunanya jadi bertambah energinya, banyak bicara dan jadi agresif karena memang memiliki efek stimulan. Sayangnya, tanaman ini dapat membuat ketergantungan dan memicu masalah ekonomi.
Chatinone disebut juga sebagai 'amfetamin alami'. Zat ini menstimulasi sistem saraf pusat menyerupai amfetamin, hanya saja efeknya lebih ringan. Jika sintesis amfetamin yang disebut metamfetamin efeknya lebih kuat daripada amfetamin, begitu pula dengan methchatinone yang efeknya lebih kuat dibanding Chatinone.
Ada juga turunan Chatinone yang sering ditemukan di AS dan tenar dengan sebutan 'bath salt'. Bath Salt dijual dalam bentuk bubuk yang dikemas dalam plastik atau aluminium foil berukuran 200 mg dan 500 mg. Penyalahgunaannya dilakukan dengan cara dihirup, dirokok, ditelan, atau dimasukkan dalam larutan lalu disuntikkan ke pembuluh darah.
Orang-orang yang menyalahgunakan zat ini mengalami agitasi, insomnia, lekas marah, pusing, depresi, paranoia, delusi, muncul keinginan bunuh diri, kejang dan panik. Penggunanya juga mengaku mengalami gangguan persepsi, berkurang kontrol motoriknya dan sulit berpikir jernih.
Turunan Chatinone bertindak sebagai stimulan sistem saraf pusat yang menyebabkan percepatam denyut jantung yang cepat dan dapat menyebabkan serangan jantung maupun stroke. Terkadang juga disertai, sakit dada, mimisan, berkeringat, mual dan muntah.
Seperti dikutip dari laman getsmartaboutdrugs.com, Selasa (29/1/2013), senyawa turunan Chatinone memiliki efek yang sama dengan amfetamin, kokain dan LSD. Sayangnya, dampak overdosis dari obat ini masih belum diketahui. Zat ini pernah dipasarkan di AS dengan label peringatan 'tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia'.
Sejak tahun 2011, AS mengeluarkan peraturan untuk mengontrol zat yang digunakan untuk meracik bath salt, hampir kesemuanya adalah turunan Chatinone. Membuat, memiliki dan menjual bahan turunan Chatinone adalah ilegal, kecuali jika diizinkan oleh hukum.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah ancaman terhadap keselamatan publik. Zat ini dimasukkan dalam kategori Schedule 1, yaitu zat yang berpotensi tinggi disalahgunakan, tidak bermanfaat untuk pengobatan dan kurang aman digunakan tanpa pengawasan medis.
Bahan kimia turunan Chatinone sampai kini diyakini masih diproduksi di Cina dan India dan banyak dijual ke Eropa Timur. Banyak negara telah melarang produk ini.
(pah/vit)
Hanya saja namanya kalah populer dibanding amfetamin dan kokain. Walau demikian, risikonya tak kalah gawat dengan narkoba jenis lainnya.
Chatinone berasal dari tanaman Catha edulis atau Khat. Tanaman tersebut dikenal juga dengan sebutan qat, quat, atau gat dan stelah lama digunakan di timur tengah dan Afrika. Daunnya dikonsumsi dengan cara dikunyah dan terkadang dicampur dalam seduhan teh.
Tanaman ini sempat digemari seperti halnya kopi. Mengkonsumsi daun khat dapat membuat penggunanya jadi bertambah energinya, banyak bicara dan jadi agresif karena memang memiliki efek stimulan. Sayangnya, tanaman ini dapat membuat ketergantungan dan memicu masalah ekonomi.
Chatinone disebut juga sebagai 'amfetamin alami'. Zat ini menstimulasi sistem saraf pusat menyerupai amfetamin, hanya saja efeknya lebih ringan. Jika sintesis amfetamin yang disebut metamfetamin efeknya lebih kuat daripada amfetamin, begitu pula dengan methchatinone yang efeknya lebih kuat dibanding Chatinone.
Ada juga turunan Chatinone yang sering ditemukan di AS dan tenar dengan sebutan 'bath salt'. Bath Salt dijual dalam bentuk bubuk yang dikemas dalam plastik atau aluminium foil berukuran 200 mg dan 500 mg. Penyalahgunaannya dilakukan dengan cara dihirup, dirokok, ditelan, atau dimasukkan dalam larutan lalu disuntikkan ke pembuluh darah.
Orang-orang yang menyalahgunakan zat ini mengalami agitasi, insomnia, lekas marah, pusing, depresi, paranoia, delusi, muncul keinginan bunuh diri, kejang dan panik. Penggunanya juga mengaku mengalami gangguan persepsi, berkurang kontrol motoriknya dan sulit berpikir jernih.
Turunan Chatinone bertindak sebagai stimulan sistem saraf pusat yang menyebabkan percepatam denyut jantung yang cepat dan dapat menyebabkan serangan jantung maupun stroke. Terkadang juga disertai, sakit dada, mimisan, berkeringat, mual dan muntah.
Seperti dikutip dari laman getsmartaboutdrugs.com, Selasa (29/1/2013), senyawa turunan Chatinone memiliki efek yang sama dengan amfetamin, kokain dan LSD. Sayangnya, dampak overdosis dari obat ini masih belum diketahui. Zat ini pernah dipasarkan di AS dengan label peringatan 'tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia'.
Sejak tahun 2011, AS mengeluarkan peraturan untuk mengontrol zat yang digunakan untuk meracik bath salt, hampir kesemuanya adalah turunan Chatinone. Membuat, memiliki dan menjual bahan turunan Chatinone adalah ilegal, kecuali jika diizinkan oleh hukum.
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah ancaman terhadap keselamatan publik. Zat ini dimasukkan dalam kategori Schedule 1, yaitu zat yang berpotensi tinggi disalahgunakan, tidak bermanfaat untuk pengobatan dan kurang aman digunakan tanpa pengawasan medis.
Bahan kimia turunan Chatinone sampai kini diyakini masih diproduksi di Cina dan India dan banyak dijual ke Eropa Timur. Banyak negara telah melarang produk ini.
(pah/vit)
No comments:
Post a Comment